Profil
Pondok Pesantren Fadllul Wahid terletak di area pesawahan lebih persisnya tanah yang tinggi (angkruk,
jawa) desa Bandungsari yang jauh dari kota ± 5 km arah barat kecamatan
Ngaringan, 32 km arah timur dari kota kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
Atau secara geografis terletak pada koordinat 111.09 BT -7.03 LS.
Pesantren ini berada agak jauh dari perkampungan karena memang asal
mulanya bekas pesawahan yang cukup luas (7 hektar).
Pengasuh : KH Abdul Wahid Zuhdi
Semasa kecil beliau dikenal sebagai anak yang sangat nakal. Namun demikian,
kecerdasannya sudah mulai tampak. Hal itu dapat dilihat, misalnya, ketika masih
duduk di bangku kelas 3 SD beliau meminta kepada ibunya untuk langsung
dinaikkan ke kelas 5 karena pelajaran di kelas 3 dinilai terlalu mudah. Namun
Kepala Sekolah waktu itu Bpk. Ahmad Marzuqi (kebetulan adalah pamannya sendiri)
merasa keberatan dan meragukan kemampuannya. Atas bujukan dari ibunya, akhirnya
kepala sekolah tadi menyetujuinya. Setelah 6 bulan masuk kelas 6 SD, beliau
enggan melanjutkan sekolah lagi karena pelajarannya kurang menarik. Kehidupan
sehari-harinya justru dihabiskan untuk menyendiri di dalam kamar.
Di luar dugaan, dalam kesendiriannya itulah beliau malah mengarang sebuah kitab
tentang ilmu tauhid, namun setelah dikoreksi ulang ternyata masih banyak
kesalahnya dan itu merupakan hal yang wajar karena usia beliau masih sangat
belia.
Setelah kejadian itu, sang ibu mendapat masukan dari para kerabat untuk tidak
menyanjung anaknya yang satu ini karena dikhawatirkan terkena penyakit ain.
Lalu beliau dikirim ke Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang yang diasuh oleh
KH Maemun Zubair. Di pesantren ini, beliau mendapat kepercayaan penuh dari
pengasuh dan semua jajaran pengurus pondok untuk menjadi Ra'is Am dalam usianya
yang baru 17 tahun. Sebuah prestasi yang sulit dicapai oleh pemuda zaman
sekarang.
Setelah nyantri di Sarang, beliau melanjutkan perjalanannya untuk
menuntut
ilmu
di Mekkah al-Mukarramah di bawah bimbingan ulama' Hadits yang sangat terkenal
yaitu Sayyid Muhammad bin Alawiy Al-Mâlikiy Al-Hasaniy. Di sana beliau juga
berguru kepada Syaikh Muhammad Yâsîn al-Fâdânî al-Makki, Syaikh Ismâ'îl Zain
al-Khadhrami al-Yamani dan Syaikh Abdullâh al-Lahjiy.
Sepulangnya dari tanah suci, beliau dibawa oleh gurunya KH Maemun Zubair ke
Purwodadi tepatnya di Desa Bandungsari untuk meminang putri teman karibnya
yaitu Kyai Muhammad Muslih. Dalam pertemuan itu, KH Maemun Zubair berkata,
"Ini aku membawa bibit unggul untukmu."
Sepeninggal Kyai Muhammad Muslih, kepemimpinan pondok Bandungsari beralih ke
tangan beliau. Di bawah asuhannya, pesantren tersebut mengalami kamajuan yang
sangat pesat.
Salah satu kontribusinya di bidang pendidikan adalah dijadikannya kitab-kitab
karangan beliau sebagai mata pelajaran wajib di lebih dari 10 pesantren Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Kitab-kitab tersebut diantaranya:
? Mandzumah fi ilm
al-Nahw (berisi sekitar 80 bait syi'ir tentang ilmu Nahwu)
? Faidlu Dzil Jalâl (memuat
puluhan nadzam tentang ilmu sharaf / i'lal)
? Al-Manhal al-Adzb
al-Fâ'idl fi ilmil Farâ'idl (kitab ini dapat dijumpai di perpustakaan
Universitas Al-Ahgaff dan dijadikan bahan utama dalam penulisan skripsi)
? Mandzûmah fi ilm
al-Ushûl (hanya sampai bab naskh, lalu diselesaikan oleh santrinya, Muhammad
Shohi)
Dan ada juga beberapa rekaman pengajian di radio dan majlis-majlis ta'lim
lainnya.
Di bidang kemasyarakatan, beliau adalah pembimbing spiritual bagi Jama’ah
Thoriqoh As-Syâdziliyyah yang jumlah pengikutnya kurang lebih mencapai 7.000
(tujuh ribu) orang di tiga Kabupaten yaitu Grobogan, Blora, dan Demak. Seluruh
kegiatan pengajian dibiayai oleh beliau tanpa memungut dari santri ikhwan
thoriqoh sejak beliau membentuk Thoriqoh Syadziliyyah.
Selain itu, beliau juga mendirikan sebuah yayasan swasta yang fungsinya
menampung dan merawat orang gila terlantar (tidak memiliki keluarga) yang
diambil dari jalan-jalan di dua Kabupaten yaitu Blora dan Grobogan.
Disamping seluruh waktunya diabdikan untuk mengasuh santri, beliau juga aktif
di PWNU Jawa Tengah sebagai Wakil Ro'is Am Syuriah hingga akhir hayatnya.
Setahun sebelum kepergiannya beliau mendapat anugrah untuk merintis
Pondok Pesantren Fadllul Wahid
yang kini mulai terus berkembang dan akan meneruskan cita-cita besarnya.
Setelah sekian tahun lamanya menyebarkan dan mendedikasikan seluruh hidupnya
untuk ilmu dan agama, akhirnya pada pagi hari di puskesmas terdekat, hari
Selasa Wage, 10 Juni 2008 / 6 Jumadil Akhir 1429 H, Allah s.w.t. memanggil
kembali beliau ke hadirat-Nya dalam usia 49 tahun. Jenazah beliau disemayamkan
sore harinya di pemakaman umum Desa Bandungsari.
Selamat
jalan KH Abdul Wahid Zuhdi…
Semoga kami semua dapat melanjutkan perjuangan besar mu, dan apa yang ditinggalkan dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin...
Ekstrakurikuler
Seni baca Al-Qur'an, marawis, baca kitab kuning, pidato, pramuka, komputer, bahasa asing, kaligrafi, silat, basket, voli, sepakbola.
Fasilitas
1 buah aula, 1 unit gedung madarasah ashshochu, 1 unit gedung TK Al-Kuttab, 1 unit gedung pesantren putra, 1 unit gedung pesantren putri, 1 ruang perpustakaan dan ruang computer. Sarana olahraga yang dimiliki adalah sepakbola