Profil
Pondok
Pesantren Ribatul Muta’allimin, Landungsari Pekalongan atau yang biasa juga
disebut Pondok Grogolan, didirikan oleh almukarrom walmaghfur-lah K.H. Saelan
pada tahun 1921 M. Beliau adalah putra dari kiai Muchsin bin Kiai Abdulloh (Syaih
Tholabuddin) bin Kiai Chasan. Kiai Chasan ini adalah seorang kiai dari
Kerajaan Mataram. Semasa muda, KH. Saelan mengaji dan menuntut ilmu kepada Kyai
Maliki (Landungsari) dan Habib Hasyim (Pekalongan). Beliau juga nyantri kepada
KH. Dimyati, Tremas, Pacitan dan Syaikhona KH.R. Cholil bin Abdul Latif atau
biasa disebut Syeikh Cholil Bangkalan (Madura). Setelah berguru kepada kedua
ulama besar tersebut, KH. Saelan kemudian mendirikan Pondok Pesantren di Desa
Landungsari.
Pada
mulanya KH. Saelan mendirikan Pondok Pesantren dengan membangun sebuah surau
(musholla) kecil yang sederhana dengan atap daun rumbia dan lantainya masih
berupa tanah. Di surau itulah KH. Saelan mengajar santri-santrinya dengan
sistem pengajian sorogan dan bandungan. Mula-mula santri beliau berasal dari
Desa Medono. Setelah jumlah santri yang belajar bertambah banyak, maka pada
tahun 1928 dengan bantuan H. Abdussalam (Grogolan) didirikan bilik/kamar untuk
menginap para santri. Dengan adanya santri yang menginap, maka untuk metode
pengajaran digunakan sistem tingkatan atau kelas. Sementara itu, pengajian
sistem sorogan dan bandungan tetap dipertahankan.
KH.
Saelan mempunyai istri, yaitu Nyai Hj. Khaulia binti Kyai Abdul Mukti (masih
keturunan mBah Nur Anom, Kranji-Pekalongan). Dari istrinya tersebut, Beliau
dikaruniai empat orang putra-putri, yaitu : Hj. Khadhiroh, KH. Hamid Yasin, Hj.
Bariroh dan Hj. Jauharoh. KH. Saelan menikah lagi dengan Hj. Masrurotun setelah
Ibu Nyai Hj. Khaulia wafat. Dari istrinya yang kedua, beliau dikaruniai
seorang putra, yaitu KH. Hasan Rumuzi Yasin.
Pada
tahun 1938 M, KH. Saelan wafat. Untuk selanjutnya kepemimpinan Pondok Pesantren
digantikan oleh KH. Nachrawi bin Chasan dan KH. Hamid Yasin (putra KH. Saelan).
KH. Nachrowi Chasan adalah santri dan sekaligus menantu dari KH. Saelan. Selain
belajar kepada KH. Saelan, KH. Nachrowi juga belajar pada KH. Dimyati, Tremas,
Pacitan. Beliau juga pernah belajar kepada KH. Romli Tamim, Jombang. Sementara
itu KH. Hamid Yasin, selain belajar kepada ayahnya, juga belajar kepada mBah
Maksum Lasem dan di Kaliwungu, Kendal. Pada masa ini, salah seorang santri
almarhum KH. Saelan, yaitu Habib Muhammad, memberi nama Pondok Pesantren dengan
nama “Ribatul Muta’allimin”.
Selama
kepemimpinan KH. Nachrawi Chasan dan KH. Hamid Yasin, Pondok Pesantren Ribatul
Muta’aalimin mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jumlah santri yang
mengaji bertambah banyak. Oleh karenanya sarana fisk juga baik berupa
gedung/bangunan untuk kegiatan belajar-mengajar maupun bangunan bilik untuk
menginap para santri semakin bertambah. Metode pengajaran dengan sistem kelas
dan kurikulumnya juga semakin baik, dari tingkat Sifir, Ibtidaiyah Diniyah,
Tsanawiyah Diniyah dan Aliyah Diniyah. Sementara itu, pengijian sorogan dan
bandungan yang dilaksanakan di musholla tetap dipertahankan sampai sekarang.
Pada
tahun 1981 M, KH. Hamid Yasin wafat. Selanjutnya Pondok Pesantren Ribatul
Muta’allimin tetap diasuh oleh KH. Nachrowi Chasan dengan dibantu oleh KH.
Hasan Rumuzi (putra KH. Saelan), KH. Dja’far Nachrowi (putra KH. Nachrowi
Chasan) dan KH. Abu Khalid (menantu KH. Saelan). Pada masa ini Pondok Pesantren
Ribatul Muta’allimin semakin maju. Salah satu kemajuan yang sangat dibanggakan
adalah diadakannya pendidikan Madrasah Tsanawiyah dengan kurikulum
Departemen Agama (setingkat SMP) dan Madrasah Aliyah kurikulum Departemen Agama
(setingkat SMU).
Pada
Hari Rabu tanggal 12 Juni 1996 M atau 26 Muharrom 1417 H, KH. Nachrowi Chasan
wafat. Selanjutnya Pondok Pesantren Ribatuk Muta’allimin diasuh oleh KH.
Dja’far Nachrowi, KH. Hasan Rumuzi dan KH. Abu Khalid dengan dibantu oleh
putra-putri KH. Nachrowi yang lain. Namun baru sekitar satu tahun mengasuh
Pondok Pesantren menggantikan ayahnya, tepatnya Hari Senin tanggal 21
April 1997 M atau 13 Dzulhijjah 1417 H, KH. Dja’far Nachrowi wafat. Dan
selanjutnya Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin diasuh oleh KH. Hasan Rumuzi,
KH. Sa’dullah Nachrowi dan KH. Najib Nachrowi.
Untuk
memperingati wafatnya almarhum KH. Saelan selaku pendiri Pondok Pesantren, maka
pada setiap tanggal 12 Sya’ban, di Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin
diadakan kegiatan Khoul KH. Saelan dan para pengasuh lainnya, dimana kegiatan
tersebut bertepatan dengan kegiatan Akhirussanah dan wisuda
santri tingkat Aliyah Diniyah Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin.
Tujuan
Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin
Sesuai
dengan yang tercantum di dalam akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Ribatul
Muta’allimin, tujuan diadakannya kegiatan di Pondok Pesantren yang berasaskan
PANCASILA dan berakidah Islam AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH ini
adalah sebagai berikut :
- Memberikan
pendidikan dan pengetahuan Agama Islam serta pengetahuan umum secara luas
kepada masyarakat, sehingga bisa meningkatkan kualitas manusia, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT., berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, cerdas dan terampil, mau bekerja
keras, tangguh, tanggung jawab, mandiri, sehat jasmani dan rohani.
- Melestarikan
penggunaan kitab kuning sebagai ciri khas dari Pondok Pesantren.
- Ikut
membantu usaha-usaha pemerintah dalam pembangunan, baik materiil maupun
spirituil.
Untuk
mencapai tujuan tersebut diatas, maka usaha-usaha yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
- Mendirikan
Madrasah Diniyah Ibtidaiyah, Madrasah Diniyah Tsanawiyah, Madrasah Diniyah
Aliyah, Madrasah Tsanawiyah SKB (Surat Keputusan Bersama, setingkat SMP)
dan Madrasah Aliyah SKB (setingkat SMU).
- Mengadakan
pengajian-pengajian rutin, baik bandungan, sorogan (tulis-baca) maupun
sema’an (dengan mendengarkan untuk dimengerti).
- Mengadakan
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
- Sebagai
sarana dan prasarana tersebut diatas, maka telah dibangun gedung-gedung
sekolah/Madrasah, Pondok Pesantren, tempat ibadah serta melengkapinya
dengan sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan.
Perkembangan
Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin
Eksistensi
atau keberadaan Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin ditengah-tengah
masyarakat semakin diakui, baik di lingkungan Kota Pekalongan maupun di luar.
Hal ini terbukti dari sejumlah santri yang datang dari berbagai daerah.
Kenyataan ini mendorong Pengasuh dan para Pengurus beserta seluruh jajaran
Majlis Guru untuk selalu berupaya meningkatkan pelayanan terhadap seluruh
lapisan masyarakat dari berbagai kebutuhan mulai dari permasalahan sosial, kegamaan,
kemasyarakatan, pendidikan dan lainnya.
1. Masa
Perkembangan Pondok Pesantren Tahap Pertama :
Usaha
Pengembangan Pondok Pesantren mulai dilakukan pada masa KH. Nachrowi Chasan,
mengingat semakin bertambahnya jumlah santri yang belajar di Pondok Pesantren
Ribatul Muta’allimin, baik santri laju (santri kalong) maupun santri yang
menetap. Atas usaha KH. Nachrowi Chasan dan dibantu oleh masyarakat, telah
dapat dibangun 8 kamar di Pondok Pesantren. Kemudian atas dorongan H.Syamsuri,
maka pada tahun 1954 disusun sebuah Panitia Pembangunan Madrasah Salafiyah
Ribatul Muta’allimin sebagai berikut:
Penasehat :
KH. Nachrawi Chasan
Ketua :
Mas’ud Karnadi
Sekretaris :
H. Djazuli Fajari
Bendahara :
H. Samsuri
Wakil Bendahara:
H. Syukur Harun
Pada
Tahun 1955, diatas tanah waqaf milik H.Syamsuri telah dapat dibangun sebuah
gedung madrasah yang terdiri dari 4 lokal dan sebuah ruang guru dengan
perlengkapannya yang kesemuanya menelan biaya Rp. 83.000,- diluar harga tanah.
Mengingat kekurangan areal tanah untuk pembangunan gedung madrasah, maka tanah
milik Bapak Kasdani yang berada dibelakang tanah milik H.Syamsuri diwaqafkan
pula.
Pada
Tahun 1958, atas usaha KH. Nachrawi Chasan dengan dibantu masyarakat, dibangun
sebuah bangunan yang terdiri 4 kamar yang dilengkapi dengan serambi yang
digunakan untuk kegiatan belajar- mengajar. Pembangunan tersebut menelan biaya
Rp.100.000,-
Pada
Tahun 1961, atas usaha H.Juned (PPIP) dan H.Ridhwan (Ketua Tanfidziyah PCNU
Kodia Pekalongan), dibeli tanah beserta bangunannya seluas 1000 m² yang
bersebelahan dengan komplek Pondok Pesantren. Bangunan tersebut digunakan juga
untuk kegiatan sekolah (Komplek B).
Pada
Tahun 1963, Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin mendapat musibah akibat
banjir dari sungai yang berada dibelakang Pondok Pesantren yang mengakibatkan
robohnya bangunan yang terdiri 4 kamar. Pada Tahun itu pula dibangun sebuah
bangunan yang terdiri dari 6 kamar beserta serambinya yang digunakan untuk
kamar para santri dan sekaligus untuk kegiatan belajar-mengajar (Komplek C).
Pada
Tahun 1969, H.Juned dan H.Ridhwan memprakarsai pembelian tanah seluas 600 m²
yang berada diseberang komplek Pondok Pesantren dan sekaligus dibentuk suatu
Panitia Pembangunan sebagai berikut :
Penasehat
: H.Juned, H.Ridhwan dan KH.Hamid Yasin
Pelaksana
: Istadi
Ketua
: KH.Nachrawi Chasan
Wakil
Ketua
: Rahmat Kurdi
Sekretaris
: Kholil Abdurrahman
Wakil
Sekretaris
: H.Dja’far Nachrawi
Bendahara
: H.Djazuli
Wakil
Bendahara
: H.Moh. Nur
Pada
Tahun 1972, atas prakarsa H.Ridhwan dan H.Juned, dibeli sebidang tanah
diseberang Pondok Pesantren seharga Rp.200.000,- yang kemudian dibangun sebuah
gedung berlantai 2 yang terdiri 6 lokal kelas (khusus putri). Adapaun sisa
tanah dari pembelian tanah tersebut, tepatnya disamping masjid, diberikan
kepada KH.Nachrawi Chasan yang kemudian dibangun sebuah rumah. Biaya
keseluruhan dari pembangunan Madrasah Banat beserta rumah tersebut menghabiskan
dana Rp.9.000.000,.
Kemudian
pada Tahun 1974, atas usaha H.Juned, H.Ridhwan dan H.Tamim, dibangun gedung
lantai 2. Untuk lantai atas digunakan untuk kegiatan belajar Madrasah Diniyah
Tsanawiyah, sedangkan lantai bawah digunakan untuk kamar para santri (6 lokal)
dan 1 ruang guru (Komplek D).
2. Masa Perkembangan Pondok Pesantren Tahap Kedua
Untuk
mengantisipasi perkembangan, disamping keinginan sebagian besar orang tua atau
wali santri yang menginginkan anaknya memperoleh pendidikan formal sekaligus
pendidikan agama, maka atas prakarsa dan usaha dari KH.Dja’far Nachrawi dan
Kyai Syatibi serta dorongan dari Bapak Wahyudi dan para ustadz/guru lainnya,
maka pada Tahun 1983 didirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan kurukulum
Departemen Agama, setingkat SMP. Untuk melengkapi fisik dengan didirikannya MTs
tersebut, maka pada Tahun 1985 dibangun sebuah gedung berlantai 2 yang
digunakan sebagai sarana perkantoran, ruang ketrampilan dan ruang OSIS.
Pada
Tahun 1986, atas swadaya dan bantuan dari masyarakat, Pondok Pesantren Ribatul
Muta’allimin berusaha mengembangkan sarana belajar dan penginapan para santri
yang dirasakan sangat mendesak untuk segera dipenuhi mengingat semakin
bertambahnya jumlah santri yang menetap. Usaha pengembangan tersebut adalah
dengan membeli sebidang tanah milik OE NGE BOEN (papa mbun) seharga
Rp.8.500.000,-. Diatas tanah tersebut dibangun sebuah gedung berlantai 3 yang
selesai dibangun pada Tahun 1989 dan menghabiskan dana Rp.91.040.000,-. Adapun
Susunan Panitia Pembangunan Gedung Lantai 3 tersebut adalah sebagai berikut :
Penasehat
: KH.Nachrowi Chasan & H.Djoko Prawoto,BA.
Ketua
: KH.Hasan Rumuzi
Wakil
Ketua : KH.Dja’far Nachrowi
Sekretaris
: Fathurrohman Abd. Hamid & H.Mudhofir Kurdi
Bendahara
: Dr.Sobirin Nachrowi & H.Saelani Mahfudz
Pembantu
Umu : Keluarga Besar KH.Nachrowi dan Bani KH.Saelan
Untuk
menampung para siswa yang telah lulus dari MTs Ribatul Muta’allimin dan lulusan
Sekolah Menengah Pertama yang akan melanjutkan pendidikan formalnya sekaligus
memperoleh pendidikan agama dengan mengaji di Madrasah Diniyah Ribatul
Muta’llimin, maka atas usaha KH.Dja’far Nachrowi pada Tahun 1989 dibuka
Madrasah Aliyah Ribatul Muta’allimin dengan kurikulum Departeme Agama,
setingkat SMU. Adapun untuk kegiatan belajar-mengajar Madrasah Aliyah tersebut,
digunakan gedung lantai 3 yang telah selesai dibangun pada Tahun 1989.
3. Masa Perkembangan Pondok Pesantren Tahap Ketiga
Untuk
lebih mengefektifkan kinerja dari pengasuh dan pengurus Pondok Pesantren serta
untuk lebih terjalinnya koordinasi di lingkungan Pondok Pesantren, mengingat
lembaga yang bernaung dibawahnya sudah berkembang, maka pada tanggal 4 Oktober
1993 dibentuk suatu yayasan yang bernama “Yayasan Pondok Pesantren Ribatul
Muta’allimin” atau YPPRM oleh KH.Nachrowi Chasan, KH.Dja’far Nachrowi dan
KH.Hasan Rumuzi. Adapun susunan pengurus Yayasan PPRM saat ini adalah sebagai
berikut :
Ketua
Umum : KH.Hasan Rumuzi
Ketua
I : KH.Sa’dullah Nachrowi
Ketua
II : KH.M.Najib Nachrowi
Sekretaris
Umum : H. Mudhofir Kurdi
Sekretaris
I : K. Syatibi
Sekretaris
II : H. Habib Soleh
Bendahara
Umum : H. M.Saelani Mahfudz
Bendahara
I : Hj. Umi Salamah Nachrowi
Bendahara
II : Muhibah Nachrowi
Hubungan Antara Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin Dengan
NU
Ibarat
mata uang, NU dan Pondok Pesantren merupakan dua sisi yang tidak bisa
dipisahkan. Sejarah membuktikan bahwa Jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama lahir dari
komunitas pesantren. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin,
seperti halnya pondok-pondok pesantren yang lain di Indonesia, khususnya di
Jawa, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama.
Hubungan baik ini ditandai dengan aktifnya para pengasuh dalam kepengurusan NU
Cabang Pekalongan
Fasilitas
Pondok Pesantren
Ribatul Muta’allimin menyediakan fasilitas pondok pesantren yang bersih,
rapi, dan nyaman untuk tempat tinggal santri.
Fasilitas :
1. Gedung Pondok Pesantren,
2. Gedung Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Ribatul Muta’allimin,
3. Gedung Madrasah Diniyah Tsanawiyah Ribatul Muta’allimin,
4. Gedung Madrasah Diniyah Aliyah Ribatul Muta’allimin.
5. Gedung MTs Ribatul Muta’allimin
6. Gedung MA Ribatul Muta’allimin